Teknik tenun tradisional yang ada di Indonesia beraneka ragam. Dengan penggunaan alat yang sama yaitu ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) namun dengan teknik berbeda akan menghasilkan produk tenun yang unik dan mengagumkan. Untuk proses penenunan hampir sama untuk semua tenun tradisional. Setelah artikel sebelumnya membahas teknik tenun lurik dan pakan, kali ini akan kita bahas bagaimana cara membuat tenun ikat lungsi (lusi atau lungsin). Tenun ikat adalah tenun yang dalam proses pengerjaannya dengan melakukan pengikatan benang. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah warna masuk ke dalam benang. Tenun ikat lungsi adalah tenun ikat yang benang dalam pada sehelai kain tenun letaknya searah panjang kain atau tenun yang pembuatan motifnya dengan cara mengikat pola atau motif pada benang lungsinya. Simak yuk caranya ...
a. Proses Plangkan
Proses Plangkan (Doc.2016)
Proses ini dilakukan dengan menyusun benang dari bentuk streng atau kones ke dalam plangkan. Pada saat bersamaan benang-benang tersebut sudah dikres atau disilangkan, agar pada saat proses penenunan benang-benang tersebut dapat menganyam benang pakannya, mengingat benang yang tersusun dalam plangkan adalah benang yang akan digunakan sebagai benang lungsi. Proses plangkan sering juga disebut proses ngeteng, proses ini harus dilaksanakan dengan cermat. Jika salah dalam menghitung benang maka hasil motif tidak akan sesuai dengan desain yang akan diwujudkan. Proses ini masih manual, kalau tidak hati-hati resiko benang putus dan benang kusut sangat memungkinkan.
b. Proses Pengikatan
Proses Pembuatan Pola (Doc.2016)
Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, karena proses ini sangat menentukan dalam pembuatan motif. Jika salah dalam mengikat akan merusak motif dan keindahan produk akan berkurang. Sebelum mengikat biasanya dibuat pola lebih dulu di atas benang yang sudah diplangkan. Pengikatan dilakukan mengikuti pola atau motif yang sudah digambar. Dulunya tali yang digunakan untuk mengikat adalah daun kelapa atau lontar yang masih muda, direbus dulu sebelum untuk mengikat. Saat ini lebih mudah karena menggunakan tali rafia. Ikatan yang bagus adalah ikatan yang tepat pada garis pola dan ikatannya padat, sehingga warna tidak tembus pada benang yang sudah diikat. Memola dilakukan dengan kuas dan pewarna Indanthren dengan cara memberi garis sebagai tanda atau batas yang harus diikat nantinya.
Proses Pengikatan Benang (Doc.2016)
c. Proses Pewarnaan
Dilakukan untuk mendapatkan warna pada benang yang nantinya akan ditenun. Dalam proses pewarnaan, resep warna dibuat dalam satu pak benang 6 ikat terdiri dari 25 sampai 26 streng benang. Benang-benang yang akan diwarna tersebut disusun dalam stok, dan dalam satu stok terdiri dari 2 ikat. Zat warna yang dapat digunakan bisa dengan warna alam maupun sintetis. Cara pewarnaan dengan pewarna napthol adalah sebagai berikut:
- Benang direndam dalam bak yang berisi air dan larutan TRO kurang lebih satu malam, paginya dicuci dan diperas.
- Resep yang digunakan untuk satu pak benang, napthol 100 gram + kostik soda 8 gram + TRO 8 gram yang dilarutkan dengan air panas, kemudian ditambah air 10 liter dalam bak I, garam 200 gram + 10 liter air dalam bak 2.
- Masukkan benang ke bak I kira-kira 10 menit, kemudian diangkat dan diperas lalu dicelupkan ke dalam bak II, rendam kira-kira 10 menit, ulangi proses tersebut sampai 4 kali. Selanjutnya benang dicuci bersih dan masukkan ke dalam bak yang sudah berisi air yang dicampur dengan larutan cuka, cuci bersih dan diperas. Langkah berikutnya benang direbus dalam dandang yang berisi air dan TRO kira-kira 10 menit, kemudian diangkat diperas lalu dicuci ke dalam air yang telah dicampurkan dengan larutan kanji, dan seterusnya diperas, diangin-anginkan sebentar maka benang siap dijemur sampai kering.
Proses Pencelupan Warna (Doc.2016)
Pewarnaan tenun ikat lungsi dimulai dari warna tua lebih dulu, karena teknik penghalang pewarnanya dengan teknik membuka ikatan. Dipilih warna tertua lebih dulu karena warna tua tidak tertutup dengan warna yang lebih muda. Benang-benang yang sudah diberi zat pewarna lalu dikeringkan, setelah kering dilanjutkan dengan pekerjaan membuka ikatan atau mbatil. Membuka ikatan harus hati-hati jangan sampai ada benang yang terputus, bila putus harus langsung disambung.
d. Proses Penghanian atau Nyekir
Proses Nyekir (Doc.2016)
Benang yang sudah kering, masih dalam bentuk streng dimasukkan ke dalam bom besar dan diatur sesuai urutan motifnya. Lalu ditarik secara bersamaan dan digulung dalam bom kecil (bom ATBM). Saat penggulungan juga dilakukan penataan benang dan motif agar sesuai dengan tempat dan gambar yang sudah direncanakan serta memperbaiki benang yang kusut dan menyambung benang yang putus.
e. Proses Pemaletan
Proses Malet (Doc.2016)
Pemaletan adalah memindahkan benang dari bentuk streng ke dalam kelenting sehingga menjadi benang pakan dalam bentuk paletan dengan menggunakan alat pintal (erek). Benang yang dipalet tidak boleh melewati ujung kelenting karena dapat mengakibatkan benang dari teropong susah ditarik atan keluar. Untuk mempermudah benang keluar dari teropong, susunan benang pada kelenting lebih banyak pada bagian tengahnya.
f. Proses Penenunan
Proses Menenun Ikat Lungsi (Doc.2016)
Diperlukan ketelitian dan kecermatan, tak hanya menenun saja namun juga mengatur motif sesuai dengan yang direncanakan. Lalu dilanjutkan dengan pekerjaan finishing agar hasil tenunan menjadi kelihatan lebih baik.
Kebanyakan teknik ikat lungsi digunakan untuk pembuatan produk berupa blangket, sajadah, taplak meja dan bed cover. Namun tak jarang juga kain tersebut dimanfaatkan sebagai kain untuk pembuatan fashion. Rata-rata benang yang digunakan untuk tenun ikat lungsi bernomor besar, sehingga kainnya kaku dan berat. Ciri dari tenun ikat lungsi membutuhkan bahan yang sedikit, memiliki motif yang rumit dan memerlukan waktu yang lama untuk menenun. Teknik ini bisa kita temui di daerah Bali, NTT, NTB, Jepara, Kalimantan dan Papua.
Hasil Produk Kain Tenun dengan Teknik Ikat Lungsi (Doc.2016)
Sebenarnya hasil produk kain tenun tradisional Indonesia tak kalah indahnya dengan kain-kain impor dari luar negeri. Memakai produk dalam negeri berarti turut melestarikan kebudayaan bangsa dan bangga akan produk negeri sendiri. Tak perlu malu dan ragu untuk membeli serta menggunakan produk berbahan tenun ikat lungsi kan :)
0 komentar:
Posting Komentar